Berdasarkan Pengalaman pribadi Penulis Sukma Suciati
Foto oleh Sukma Suciati dan Kristalia Juliana
Maka, kami memulai tur kecil-kecilan kami, dengan memperkenalkan Kalimantan Tengah secara umum. Kapan provinsi dibangun, sifatnya, dan juga adat-istiadat, seperti pernikahan, persalinan, kuliner.. Dia bertanya mengapa kue beras diwarnai merah, hijau, dan putih.. Siapa yang akan memberikan mahar dalam pernikahan dan banyak lagi ! Untungnya, saya masih ingat arti dari warna-warna itu, dan beberapa hal yang dia tanyakan. Tapi tentu saja, saya juga dibantu oleh Ibu saya dan pemandu museum untuk mendapatkan lebih banyak detail dan penjelasan. Terima kasih banyak 🙂
Kami juga melihat hal-hal lain, termasuk perang dan artefak seni. Kostum, topeng, senjata.. Beberapa di antaranya asli dan diperoleh dengan menghibahkan, tetapi beberapa di antaranya diperbarui juga, karena yang asli sudah terlalu tua untuk dipajang.
Ia pernah mengunjungi kabupaten lain di Kalimantan Tengah sebelum datang ke Palangka Raya. Jadi, dia melihat banyak hal yang belum terjawab. Seperti rumah-rumah kecil di depan rumah induk, patung-patung tinggi, dan bendera kuning. Dia sangat ingin tahu tentang itu semua, menunjukkan kepada saya foto-foto yang dia dapatkan dari sana, dan menanyakan beberapa pertanyaan terkait. Disebut apa, kenapa harus di depan rumah orang, dan sebagainya. Dia heran dengan beberapa fakta yang saya jelaskan. Tentang upacara kematian dalam agama Hindu Kaharingan yang dikenal dengan tiwah, sapundu, sandung, dan segala hal yang berkaitan dengannya. Dia juga terkesan dan tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang agama Hindu di Palangka Raya (bukan yang Kaharingan), karena dia juga tinggal di Solo beberapa saat sebelum dia datang ke sini. Bahkan dia bertanya kepada saya di mana dia bisa mengunjungi candi Hindu di Palangka Raya.
Setelah mengelilingi lantai satu, kami pindah ke lantai dua di mana kami dapat menemukan lebih banyak replika perumahan tradisional dan sistem penangkapan ikan. Gambar-gambar Dewa dan Dewi menghiasi dinding, seolah-olah kami sedang melangkah ke surga.
Di akhir tur, dia bertanya kepada saya tempat di mana dia bisa menemukan suvenir tradisional, kuil Hindu, dan juga sebuah department store di mana dia bisa makan siang dan lain-lain. Dia juga mengikuti Instagram kami, @centralborneoguide! Sebelum berangkat, kami berfoto-foto, dan ini salah satunya.
Saya tidak pernah berpikir itu akan menjadi seperti ini, tapi itu luar biasa. Dimanapun dan kapanpun anda berada, siap-siap saja menjadi tour guide dadakan 🙂
Ah, satu hal lagi! Untuk mengunjungi Museum Balanga buka dari hari Senin sampai Jumat, pukul 07.30 – 15.30, dengan harga tiket 4.000 rupiah untuk wisatawan domestik dan 20.000 rupiah untuk wisatawan mancanegara. Dan jika Anda ingin dibimbing oleh kami, temukan kami melalui situs web dan media sosial kami. Sampai jumpa!